Bab 521
Bab 521 Kak Simon Harap Pertimbangkan Aku
Preman itu bertanya pada Frederick, “Kamu kenal Kak Simon?”
“Ya, aku kenal.”
Senyuman di wajah Frederick tampak makin rileks.
Sorot mata preman itu padanya tampak sedikit serius.
Melihat pemuda itu bersikap begitu tenang di hadapan mereka, juga mengatakan mengenal Simon, Text © 2024 NôvelDrama.Org.
sepertinya latar belakang pemuda itu tidak biasa.
“Kak Simon sudah datang!”
Tepat pada saat ini, seorang preman yang berdiri di barisan belakang tiba–tiba berteriak.
Sekelompok preman itu segera membukakan jalan untuk bos mereka.
Kemudian, Simon yang bertubuh tinggi kekar dan menunjukkan ekspresi ganas itu melenggang masuk
ke dalam ruangan.
“Aku dengar ada orang nggak tahu diri yang berkelahi dengan anak buahku! Di mana dia? Cepat keluar! Aku mau lihat siapa yang berani bersikap arogan seperti itu!” kata Simon dengan nada tajam.
Hari ini, dia baru saja mengalami kerugian besar di tangan Ardika.
Tidak hanya seluruh aset dan propertinya yang dikembalikan ke negara, tiga hari lagi dia harus mengenakan pakaian duka untuk memberi penghormatan kepada Delvin.
1
Walaupun dia beruntung bisa menyelamatkan nyawanya, tetapi tidak bisa dipungkiri tetap ada kekesalan yang menyelimuti hatinya.
Karena itulah, dia membawa anak buahnya ke KTV Jewel untuk minum–minum.
Begitu mendengar ada orang yang berkelahi dengan anak buahnya, kebetulan sekali dia bisa melampiaskan kekesalannya dengan menghajar orang itu hingga babak belur.
Melihat bos sekelompok preman itu sudah datang, para pria dan wanita di dalam ruangan itu bahkan tidak berani bernapas sangking ketakutannya.
Mereka semua mengalihkan pandangan mereka ke arah Frederick.
Melihat penampilan Frederick tadi, hanya dia yang mungkin bisa menyelamatkan mereka semua.
Frederick sangat menikmati tatapan penuh harap yang ditujukan padanya itu. Dia berjalan menghampiri
Simon, lalu tersenyum dan berkata, “Kak Simon….”
“Siapa kamu?!”
Simon langsung memelototi pemuda yang tiba–tiba muncul di hadapannya itu.
Preman tadi tertegun sejenak, lalu memelototi Frederick dan berkata, “Kak Simon, baru saja bocah ini mengatakan dia mengenal Kakak, Kakak nggak mengenalnya?”
Frederick buru–buru berkata, “Kak Simon, aku benar–benar pernah bertemu dengan Kakak. Mungkin Kakak sudah lupa. Tapi, seharusnya Kakak mengenal Miguel Zois, ‘kan?”
“Miguel dari Perusahaan Sahabat Jaya?”
“Ya, benar. Miguel dari Perusahaan Sahabat Jaya. Dalam perjamuan makan waktu itu, aku juga hadir. Mungkin Kakak nggak terlalu memperhatikanku.”
Simon bertanya, “Apa hubunganmu dengan Miguel?”
Mendengar Simon memanggil ayahnya dengan panggilan seolah–olah mereka akrab, Frederick
langsung berkata dengan percaya diri, “Aku adalah putra Miguel, namaku Frederick.” Mendengar Simon memanggil ayahnya dengan panggilan seolah–olah mereka akrab, Frederick langsung berkata dengan
percaya diri,
“Oh, ternyata kamu. Setelah kamu memperkenalkan dirimu, aku sudah mengingatmu.”
↑
Simon menunjukkan ekspresi seolah–olah menyadari sesuatu hal.
“Fiuh….”
Para pria dan wanita di dalam ruangan itu langsung menghela napas lega.
Kemudian, mereka semua melemparkan sorot mata kagum ke arah Frederick.
“Ternyata Frederick benar–benar mengenal Kak Simon! Aku nggak menyangka dia bahkan bisa menjalin hubungan dengan Kak Simon yang sangat terkenal di dunia preman!”
“Selain kaya dan tampan, relasinya juga luas. Dia benar–benar sosok pangeran idaman!”
“Selama ada Frederick turun tangan, Christine, Agus, kalian nggak perlu khawatir lagi.”
Mereka berdiskusi kepada satu sama lain dengan suara rendah.
*A BONUS
Saat ini, sosok Frederick seakan–akan terlihat makin hebat di mata mereka.
Bahkan Futari juga menatap Frederick dengan tatapan sedikit kagum.
Dia adalah seorang gadis polos dan penurut, sangat jelas dia tidak pernah mengalami semua kejadian
tadi.
Melihat begitu Frederick turun tangan, pria itu bahkan bisa menyelesaikan masalah dengan seorang tokoh hebat dunia preman, perasaannya mulai bergetar dengan kencang.
Menyadari sorot mata kagum yang dilemparkan oleh Futari padanya, Frederick makin meyakini bahwa kejadian tidak terduga malam ini akan mempermudah rencananya. Tentu saja dia sudah tidak sabar untuk membujuk gadis polos itu naik ke ranjangnya.
Dia berkata, “Kak Simon, temanku masih sangat muda, dia belum mengerti apa–apa. Dia nggak sengaja memprovokasi anak buah Kakak. Aku mewakilinya meminta maaf sedalam–dalamnya kepada Kakak.”
“Aku harap Kak Simon bisa mempertimbangkanku dan berbesar hati untuk melepaskannya sekali ini
saja.”
“Oh? Begitu, ya?”
Simon menganggukkan kepalanya.
Berpikir bahwa masalahhya sudah terselesaikan, Frederick tertawa.
Tepat pada saat ini, tiba–tiba saja Simon mengangkat lengannya dan melayangkan sebuah tamparan ke
wajahnya. (1
“Kak Simon, kamu ….”
Frederick langsung terjatuh ke lantai.
Dia menutupi wajahnya yang membengkak dengan cepat, lalu menatap Simon dengan tatapan kebingungan. (2)