Ruang Untukmu

Bad 1255



Bad 1255

Bab 1255 Keesokan Paginya

‘Qiara, kenapa kamu tidak pulang sekarang saja? Bianca kembali mengiriminya pesan.

Qiara sudah tidak ingin lagi membalas pesannya. Dia sangat tahu apa yang ada di dalam pikiran Bianca–Bianca hanya tidak mau dia menghabiskan waktu berdua bersama Nando.

Karena itu, Qiara tidak ingin pulang malam ini.

Dia memutuskan untuk menginap di salah satu kamar tamu yang ada di kamar presidential suite milik Nando. Sudah pukul 10 malam saat mereka kembali ke hotel. Karena merasa sedikit haus setelah mandi, dia mengenakan sebuah jubah mandi dan keluar dari kamarnya untuk minum air. Dia mengetahui kalau Nando juga baru selesai mandi. Dia tengah berdiri di depan pagar balkon dan menikmati malam berbintang dalam balutan jubah mandinya.

Nando menoleh ke arahnya begitu mendengar langkah kakinya. “Qiara, kemarilah.”

Qiara menyilangkan tangannya di depan dada dengan malu–malu dan berjalan ke arahnya. Sementara itu, Nando mengagumi penampilan wanita itu setelah mandi. Wajah tanpa riasannya masih tetap cantik dan mempesona seperti sebelumnya, berbeda dengan para wanita yang terlihat sangat berbeda setelah menghapus riasan mereka.

Dia juga menyadari kalau wajahnya yang bersih dan cantik tanpa riasan apa pun lebih disukainya daripada aura mempesona dan menarik yang dikeluarkannya saat memakai riasan di wajahnya. Saat ini, dia seperti bunga bakung dengan aroma yang memabukkan.

“Saya harus pulang ke rumah besok pagi. Ada sesuatu yang terjadi di rumah,” ucap Qiara.

Tatapan Nando segera beralih ke tubuhnya. Kelihatannya dia tidak pernah beristirahat sejak bertemu

saya.

“Apa kamu ingin saya temani?” Tanyanya dengan mata memicing.

Qiara hanya menggelengkan kepalanya dengan gelisah sebagai jawabannya. “Tidak perlu. Saya akan pulang dan mengurusnya sendiri.”

“Apa adikmu berulah lagi?”

“Ini adalah masalah keluarga. Saya sulit menjelaskannya.” Qiara lalu menyunggingkan senyumnya. Melihat pria itu di bawah cahaya rembulan membuatnya berpikir untuk memiliki dirinya. Oleh karena itu, dia tidak ingin mengajaknya pulang dan memberi kesempatan pada Bianca untuk mendekatinya.

“Jika kamu membutuhkan bantuan saya, kamu hanya perlu mengatakannya. Selama itu kamu, saya pasti akan menolongmu.” Nando mengingatkannya dengan nada lembut.

Mendengar perkataan itu membuat hati Qiara menghangat. Hanya mendengar kata–kata itu saja

sudah cukup memberikannya kekuatan.

“Saya akan pergi tidur. Kamu harus cepat tidur!” ucapnya pada pria itu.

Nando tiba–tiba merasa enggan berpisah dengannya, sehingga tangannya kemudian memeluk pinggangnya dan menariknya mendekat. Wanita itu jatuh ke dalam pelukannya, dan detak jantungnya menggila. Saat dia mendongak, pria itu menunduk untuk menatapnya. Tatapan mereka secara alami saling terjalin. Bersamaan dengan cahaya rembulan yang romantis di luar jendela, suasananya langsung berubah ambigu saat itu.

Namun, saat mereka saling menatap satu sama lain dalam keheningan… Qiara tidak tahu kenapa dan bagaimana, namun dia justru tidak bisa menahan bersinnya.

“Hachih..” All content © N/.ôvel/Dr/ama.Org.

Pria itu langsung membeku.

Sekali lagi, wajahnya kembali terkena air ludah wanita itu.

Qiara merasa sangat malu sampai dirinya ingin mengubur dirinya hidup–hidup. Kenapa selalu dia yang menderita di situasi seperti ini? Apa saya alergi pada hal–hal romantis?

“Saya ambilkan handuk dulu…” Dia benar–benar ingin melarikan diri sekarang.

Namun, tatapan pria itu seolah mengisyaratkan kalau dia tidak bisa lari ke mana–mana setelah melakukan hal memalukan itu kepadanya.

Oleh karena itu, dia hanya mengusap wajahnya dengan lengan jubahnya dan menghimpit wanita itu ke pagar balkon untuk sedikit menghukumnya atas apa yang sudah dia lakukan.

Dia pernah dicium dengan sangat bergairah sampai kakinya melemas. Setelah menyadari betapa berbahayanya pria itu, dia buru–buru lari ke kamarnya.

Di sisi lain, Nando mengusap sudut bibirnya dengan jemarinya yang ramping. Meskipun dia suka menciumnya, namun dia tetap menghormati keputusannya.

Qiara bangun pagi–pagi sekali keesokan harinya, dan dia berencana naik taksi untuk pulang ke rumah. Dia tidak mau mengganggu tidur Nando, dan dia mengkhawatirkan pelayan bernama Anika itu. Bagaimanapun juga, dia tidak akan membiarkan Bianca salah menuduh orang yang baik dan tidak bersalah.

Apalagi, dia sudah mengenal Anika selama tujuh atau delapan tahun sekarang. Dia sudah lama menganggap Anika sebagai bagian dari keluarganya. Oleh karena itu, melihat Bianca yang hendak

menuduh Anika membuat Qiara merasa kesal sekaligus marah.

Tepat saat Qiara membuka pintu kamarnya dan hendak keluar diam–diam, dia terkejut melihat sesosok pria yang tengah duduk di sofa sambil menguap lebar. Nando ternyata sudah bangun.

Terlebih, dia sudah berpakaian rapi. Jelas sekali dia sudah bangun lebih dulu daripada dirinya.

“K–Kenapa… Kenapa kamu bangun pagi–pagi sekali Ini baru jam 7:30 pagi. Dia merasa sangat terkejut sampai pikirannya sesaat menjadi kosong

“Saya tahu kalau kamu akan pergi diam–diam tanpa memberitahu saya, jadi saya bangun jam 6 pagi untuk menunggumu.” Ucap Nando sambil menyesap kopi panasnya. Dia adalah orang yang sangat mementingkan kualitas tidurnya, bahkan dia sampai mengganti waktu rapat kerjanya.

karena hal itu.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.